Category: Selah

Selah found mostly in book of Psalm. Selah means a time to pause and listen. Sometimes in our loud life, we need to stop for a bit and listen to God’s voice.

  • A Walk to Remember

    A Walk to Remember

    Disclaimer: Ini merupakan serangkaian panduan AWG (Alone With God) yang bisa kita lakukan di tempat masing-masing. Agar Anda dapat lebih menikmati waktu AWG ini, carilah tempat tenang dan ikutilah semua instruksi yang tertulis dalam panduan ini, mainkan audio yang sudah disediakan, dan nyanyikan audio lagu yang sudah disediakan pula. Kiranya Anda dapat mendengar suara Tuhan yang berbicara dalam waktu AWG ini. [SELAH] berarti jeda, ambil waktu untuk berpikir dan merenung ketika menemukan instruksi ini.


    Mari kita berimajinasi sejenak.

    Bayangkan dunia dan keseharian kita yang semakin sibuk ini.

    https://soundcloud.com/meiliana-mulyani-732131561/awg-201808-se1

    Hidup ini semakin dewasa semakin banyak tuntutan. Sekolah, kuliah, skripsi, pelayanan, pekerjaan, keluarga.

    Apalagi di zaman penuh gadget ini. Dimana semua informasi mengalir terus memasuki dan membebani pikiran kita.

    https://soundcloud.com/meiliana-mulyani-732131561/2a-1

    Sampai-sampai terkadang kita terlalu lelah untuk membuka notifikasi pesan yang berdering di gawai kita.

    Mari mengambil smarphone kita masing-masing, dengan tanpa bersuara dan tetap tenang. Kemudian lihat notifikasi yang ada di gawai kita itu, tapi jangan dibuka. Kemudian silahkan taruh kembali gawai kita.

    Sekalipun lelah, nyatanya kita sebenarnya sulit melepaskan tangan dari layar sentuh itu.

    Kesenangan, hiburan, eksistensi, pelarian yang bagaikan obat bius dalam menghadapi kesibukan dan permasalahan kita, nyatanya bukanlah solusi yang tepat.

    Ketika semua itu sudah terlewati dan kita pun menyadari di penghujung hari kita, ketika kita bersiap untuk tidur dan menghadapi hari esok. Kita menyadari kalau kesibukan dan permasalahan kita belum selesai. Besok pun hari yang sama akan terulang dengan aktifitas yang sama.

    Hidup ini rasanya sangat hampa bukan?


    Hari ini kita akan merenungkan sebuah perjalanan untuk terus diingat.

    Keluaran 33:15 (TB) Berkatalah Musa kepada-Nya: “Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.

    Perkataan Musa ini diucapkan ketika Bangsa Israel menyembah patung lembu emas dan Tuhan murka kepada mereka. Sampai-sampai Tuhan berkata,

    Aku akan mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu untuk menghalau musuh-musuhmu sampai ke negeri yang kujanjikan. Tapi Aku tidak akan berjalan di tengah-tengahmu, karena engkau ini bangsa yang tegar tengkuk, supaya Aku jangan sampai membinasakan engkau di tengah jalan kalau-kalau kesabaranku habis.” (Keluaran 33:2-3)

    Saya seringkali berpikir bahwa bangsa Israel begitu bodoh, tidak kapok-kapok memberontak kepada Tuhan, manja karena selalu minta jantung ketika dikasih hati, dan sangat tidak tahu diri kepada Tuhan yang selalu menyelamatkan mereka. Namun, saya lupa kisah perjalanan Bangsa Israel sebenarnya adalah kisah perjalanan kita semua sebagai umat Allah.

    Seringkali kita lupa akan kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Kita lupa bahwa pemeran utama di dalam hidup ini sebenarnya adalah Tuhan dan bukan diri kita. Namun, kita berpikir bahwa diri kita adalah pusat dan segalanya dalam hidup ini.

    Allah seperti apa yang walaupun murka masih mau mengutus malaikat untuk menjaga bangsa yang bebal dan tegar tengkuk ini sampai ke tanah perjanjian? Namun, sekalipun ada malaikat yang diutus untuk menjaga dan mengantar mereka sampai ke Kanaan, Musa sadar bahwa tidak ada artinya lagi mereka sampai ke tanah yang subur dan kaya itu dimana mereka bisa hidup aman dan nyaman. Semuanya percuma saja jikalau tidak ada Allah yang hadir dalam hidup mereka.

    Darimana kita bisa mempunyai hati seperti Musa? Alkitab bahkan tidak pernah mencatat Musa mengeluh karena Tuhan menghukum mereka harus berjalan selama 40 tahun lamanya di saat seharusnya mereka bisa sampai hanya dalam waktu 40 hari. Alkitab juga tidak pernah mencatat Musa mengeluh karena Tuhan berkata bahwa Musa tidak akan pernah masuk ke tanah perjanjian itu seumur hidupnya, walaupun Musa sudah merelakan kenyamanannya di istana Mesir, dia juga sudah meresikokan diri melawan Firaun yang kejam, membuang tenaga untuk memimpin bangsa yang tidak tahu diri, tidak tahu terimakasih, dan suka mengomeli dia.

    Darimana kita bisa mendapat kekuatan seperti Musa ketika menghadapi perjalanan hidup yang sulit ini? Mungkin kita sudah berusaha keras belajar, tapi justru mereka yang menyontek malah lebih baik nilainya. Mungkin kita sudah bekerja dengan jujur, bahkan mencari tempat dimana pelayanan kita tidak terganggu walaupun gajinya lebih kecil, tapi teman-teman kita yang lain hidupnya lebih enak dan nyaman. Mungkin kita sudah melayani begitu keras, tapi yang kita dapat malah konflik, capek hati, capek pikiran, dan tidak ada yang berubah. Mungkin keluarga kita tidak pernah mengerti kita, selalu menuntut kita, dan kita tidak merasa dikasihi.

    Musa memberi kita teladan bagaimana yang dia cari bukanlah hasil dan keinginan pribadi, melainkan kehadiran Tuhan yang berjalan bersamanya. Namun, ada teladan yang lebih sempurna. Dia adalah seorang Raja Alam Semesta yang meninggalkan statusnya dan kenyamanan di Kerajaan Sorga demi menjadi manusia. Tidak hanya itu, dia manusia yang lahir di kandang binatang, dihina orang, dan bahkan mati mengenaskan demi orang-orang yang menyakiti dan membunuhnya tanpa tahu diri kalau mereka sedang menuju kebinasaan kalau tidak ditolong oleh orang yang mereka bunuh itu. Namun, yang lebih menyakitkan dari penderitaan fisik yang Dia alami adalah ketika Dia menanggung dosa yang begitu Dia benci dan karenanya Dia mengalami keterpisahan di kayu salib dengan Bapa yang sangat Dia kasihi, karena dosa yang Dia tanggung begitu menjijikan di hadapan Bapa.

    Apa yang sedang kita hadapi saat ini? Mari jujur di hadapan Tuhan. Bawalah keterpurukan kita di hadapannya karena setiap dari kita tidak ada yang tidak terpuruk. Berhentilah mengasihani diri kita sendiri terus menerus. Betapapun kita merasa baik-baik saja, kita sebenarnya sedang membohongi diri sendiri. Kita semua adalah manusia yang terpuruk dalam dosa dan butuh pertolongan Tuhan.

    [SELAH]

    Syukurnya, Yesus mau menanggung keterpurukkan kita dan Dia bangkit membuktikan bahwa masih ada harapan bagi kita. Ketika kita melihat Salib itu, kita disadarkan bahwa Yesus rela memilih untuk menanggung dosa dan keterpurukkan kita agar Dia dapat berjalan bersama kita. Sekarang pertanyaannya apakah kita mau membiarkan Dia berjalan di samping kita?

    Mari kita ambil sikap berdoa.

    Tuhan, Engkau mau turun dari Sorga untuk berjalan bersama kami di dunia kelam ini. Tapi sebenarnya kami yang memang membutuhkan Engkau untuk terus berjalan bersama kami, kami sadar bahwa kami tidak mampu menghadapi keterpurukan kami sendirian.

    Satu hal yang kurindu adalah berdiam di dalam rumah-Mu. Lagu ini begitu menggambarkan kehausan dan kerinduan yang mendalam kepada Tuhan.

    https://youtu.be/mVJx7AWzsWw?t=4m58s


    Sekarang ambillah waktu tenang pribadi untuk berpikir dan berbincang dengan Tuhan.

    Apa yang sedang kita kejar dalam hidup ini? Prestasi? Kekayaan? Keberhasilan pelayanan? Cinta dan nafsu? Penerimaan? Mintalah Tuhan menyadarkan keterpurukkan diri kita yang mungkin tidak kita sadari.

    Renungkanlah lirik lagu Satu Hal Yang Kurindukan…

    Satu hal yang kurindu
    Berdiam di dalam rumahMu
    Satu hal yang kupinta
    Menikmati baitMu Tuhan
    Lebih baik satu hari dipelataranMu
    Dari pada s’ribu hari di tempat lain
    memujiMu menyembahMu
    Kau Allah yang hidup
    Dan menikmati s’mua kemurahanMu.

    Apa benar lebih baik 1 hari bersama Tuhan daripada 1000 hari berusaha mengejar keinginan-keinginan kita sendiri tanpa peduli kehadiran Tuhan?

    Kemudian bawalah perkataan Musa dalam Keluaran 33:15 “Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.” Biarlah ayat ini menjadi doa kita untuk mau punya relasi yang lekat dengan Tuhan di atas segala-galanya melalui saat teduh pribadi kita bersama Tuhan, bible reading, maupun kehidupan doa kita sehari-hari.

  • Ranting yang Berbuah

    Ranting yang Berbuah

    (Originally written for Secret Journey Youth Camp GKI Jatinegara in 2017 — revised edition)

    Ikuti langkah-langkah di bawah ini:

        1. Bacalah Yohanes 15:9-17.
        2. Ambillah sebuah ranting yang ada di sekitarmu.
        3. Sambil memperhatikan ranting tersebut, ambil waktu selama 3 menit dan pikirkanlah apakah ranting tersebut masih berguna untuk pertumbuhan pohon asalnya? Bayangkan juga apa yang akan terjadi pada ranting tersebut apabila dibiarkan tergeletak di tanah begitu saja selama bertahun-tahun?

    Tiga kemungkinan ini mungkin akan terjadi:

        1. Hujan tiba-tiba turun dan menyapu ranting tersebut oleh air yang mengalir, sehingga ranting itu hilang.
        2. Petugas kebersihan menyapu ranting tersebut kemudian membakarnya bersama ranting dan sampah-sampah lainnya.
        3. Ranting itu terinjak dan patah atau hancur.

    Kita tidak dapat hidup sebagai orang Kristen tanpa relasi yang dekat dengan Allah. Jika kita mengasihi Tuhan, maka sudah seharusnya kita ingin terus berelasi dengan-Nya. Dalam Yohanes 15:1—7, Yesus mengajarkan para murid bahwa orang Kristen yang tidak berelasi dengan-Nya, sama seperti ranting yang terlepas dari pohonnya. Kemudian ranting itu mati dan tidak dapat berbuah lagi karena tidak mendapatkan asupan makanan yang cukup dari akar dan batang.

    Akan tetapi, relasi yang dekat dengan Allah tidak hanya sebatas membaca, merenungkan Firman Tuhan, dan berdoa saja lho… Ternyata semuanya itu harus diikuti dengan ketaatan kita kepada perintah-Nya yang dapat kita baca melalui Firman Tuhan. Ketika kita bersukacita karena menaati apa yang Yesus kehendaki, itulah bukti sejati bahwa kita benar-benar mengasihi Yesus (Yoh.15:9-11). Lebih lanjut lagi dalam Yohanes 15:12-17, Yesus memberitahu apa yang menjadi kehendak-Nya, yaitu agar kita sebagai orang percaya mengasihi satu sama lain, bahkan Ia ingin agar kita meneladani kasih-Nya ketika Ia berkorban bagi kita di atas kayu salib (sacrificial love). Itulah bukti kasih terbesar dalam sejarah kehidupan manusia.

    Pertanyaan Refleksi

    1. Yesus sudah menganggapmu sahabat sehingga Ia mau memberitahu kehendak-Nya kepadamu. Namun, apakah kamu juga sudah menganggap Yesus sahabat, sampai-sampai kamu bersukacita apabila kamu taat pada kehendak-Nya?Perbuatan apa yang bisa kamu lakukan untuk mulai menunjukkan kepedulianmu?
    2. Yesus ingin kamu mengasihi satu sama lain, tapi apakah kamu masih bersikap tidak peduli dengan orang-orang di sekitarmu (khususnya di dalam komunitas atau persekutuan)?
    3. Yesus ingin agar kamu bisa meneladani-Nya dalam berkorban bagi sesama. Dalam hal apa kamu dapat berkorban untuk ambil bagian menciptakan komunitas yang membangun? (Waktu, Harta, Talenta)

    Tuhan, aku tidak mau menjadi ranting yang tidak berguna dan dibuang. Tolong aku bisa menjadi ranting yang menghasilkan buah dengan menaati kehendak-Mu. Kiranya lewat kasihku kepada orang-orang, buah itu semakin banyak dan terlihat nyata. Amin.

  • Teman Hidup

    Teman Hidup

    (Originally written for Secret Journey Youth Camp GKI Jatinegara in 2017 — before revised)

    Dia indah meretas gundah
    Dia yang selama ini ku nanti
    Pembawa sejuk, pemanja rasa
    Dia yang selalu ada untukku

    Di dekatnya aku lebih tenang
    Bersamanya jalan lebih terang

    Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku
    Berdua kita hadapi dunia
    Kau milikku milikmu kita satukan tuju
    Bersama arungi derasnya waktu


    Teman-teman pasti tidak asing dengan lagu ini! Ya, lagu yang berjudul “Teman Hidup” ini dinyanyikan oleh Tulus. Lagu ini menceritakan tentang seorang pemuda yang menantikan kehadiran teman hidup yang akan membawa ketenangan, kenyamanan, dan kepastian di dalam hidupnya. Pada bagian reff, pemuda ini mengungkapkan keinginannya kepada si teman hidup untuk dapat melewati sisa waktu bersama-sama dengannya.

    Sepasang kekasih yang saling mencintai, pastinya ingin bisa terus dekat satu sama lain seperti yang dirasakan oleh pemuda dalam lagu ini. Hal yang sama juga berlaku loh dalam relasi kita dengan Allah.

    Yuk kita baca Kolose 2:6-7

    Pada waktu itu, ada banyak pengajar palsu di Kolose. Mereka berusaha menarik jemaat Kolose agar meninggalkan Kristus dan mengikuti ajaran-ajaran yang sesat. Oleh karena itu Paulus meminta jemaat Kolose yang sudah bertobat untuk tetap setia hidup di dalam Kristus. Lalu, bagaimana caranya hidup di dalam Kristus? Yaitu dengan berakar, dibangun, bertambah teguh dalam iman, dan penuh dengan ucapan syukur. Tujuannya adalah agar jemaat Kolose dapat bertahan dalam iman menghadapi pengajaran-pengajaran sesat itu.

    Sebagai seorang Kristen yang sudah menerima Kristus sebagai Juru Selamat, kita pun harus hidup di dalam Kristus. Kita perlu membaca Firman Tuhan dan berdoa setiap hari. Itulah cara agar kita bisa terus berelasi dengan-Nya. Pengajar sesat di Kolose ingin memutuskan hubungan jemaat dengan Tuhan. Godaan dosa dan pergumulan hidup, juga ingin memutuskan relasi kita dengan Tuhan. Mari kita pupuk relasi yang semakin hari semakin dalam dengan Tuhan, sehingga kita tidak putus dengan Tuhan melainkan terus berelasi dan mengasihi-Nya.

    Bila di depan nanti
    Banyak cobaan untuk kisah cinta kita (aku dan Tuhan)
    Jangan (aku) cepat menyerah
    Kau punya aku, ku punya kamu, selamanya akan begitu


    Pertanyaan refleksi:

    1. Bagaimana relasimu dengan Tuhan selama ini? Apakah kamu sudah mengasihi-Nya sehingga kamu haus membaca atau mendengar Firman Tuhan?
    2. Berdasarkan pertanyaan nomor 1, kira-kira bagaimana perasaan Tuhan kepadamu dan apa yang akan dia katakan padamu?

    Ya Tuhan, kasih-Mu kepada kami tidak akan pernah cukup kami balas dengan cara apapun. Tolong kami yang lemah dan seringkali memikirkan diri sendiri ini, agar mau terus mengasihi-Mu dan mencintai Firman-Mu. Amin.