Sukacita yang Mengalahkan Ketakutan

Baca Lukas 24:50-53

Pada penghujung Injil Lukas ini, kita sudah melalui kisah bagaimana Yesus bangkit, menampakkan diri di jalan transformasi yaitu Emaus, menampakkan diri di hadapan murid-murid di Yerusalem, dan bagaimana Yesus berpesan pada para murid-Nya agar mereka tidak meninggalkan Yerusalem sampai mereka diperlengkapi dengan kekuasaan yaitu pada hari pentakosta.

Lukas 24:49 (TB) “Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.”

Setelah itu Yesus membawa mereka ke Betania yang jaraknya kira-kira tiga kilometer dari Yerusalem. Walaupun saya tidak mengerti dengan pasti mengapa Yesus harus membawa mereka ke Betania, namun Betania bisa dibilang adalah tempat yang penting selama perjalanan pelayanan Yesus.

Napak Tilas Betania

Betania adalah sebuah desa kecil, di bagian selatan Bukit Zaitun yang merupakan sebelah timur Yerusalem. Yesus banyak beristirahat di Betania ketika dia melayani di Yerusalem (Mat. 21:17). Betania adalah tempat tinggal sahabat-sahabat dengan Yesus yaitu Maria, Martha, dan Lazarus. Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian (Yoh. 11) dan Yesus diurapi dengan minyak narwastu oleh Maria (Mat. 26:6). Betania juga diyakini sebagai tempat dimana Yohanes Pembaptis membaptis Yesus (Yoh. 1:28). Di dekat Betania, yaitu Bukit Zaitun yang dipenuhi oleh kebun-kebun tanaman zaitun, tepatnya di salah satu kebunnya yaitu taman Getsemani, disana jugalah Yesus bergumul sebelum Dia dihakimi dan menggenapkan rencana penebusan (Luk. 22:39). Betania adalah tempat yang seperti rumah bagi Yesus. Dia memulai perjalanan pelayanannya semenjak dibaptis hingga kematian dan kenaikannya ke Surga disana.

Berkat Terakhir

Kemudian Yesus mengangkat tangan-Nya untuk memberkati mereka. Pada zaman itu, memang lumrah bagi seseorang mendoakan berkat bagi orang lain dengan mengangkat tangan. Pertanyaannya berkat apa yang diberikan oleh Yesus? Berkat keamanan kah? Atau kekayaan? Atau pemulihan bagi bangsa Israel? Walaupun itu yang diinginkan oleh para murid, tetapi Lukas mencatat di bukunya yang kedua yaitu Kisah Para Rasul bahwa Yesus memberkati murid-murid dengan sebuah janji bahwa Roh Kudus akan turun atas mereka (Kis. 1:9).

Berkat mungkin sudah menjadi kata yang klise di telinga kita. Ucapan “God bless you” sangat mudah keluar dari mulut kita. Namun, berkat yang Yesus ucapkan begitu istimewa. Saya teringat membaca buku Not A Fan karya Kyle Idleman. Dia berkata bahwa Allah menyertai umat-Nya dengan cara yang berbeda dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama, sering kita temukan kata-kata “Allah menyertai…”, tetapi di Perjanjian Baru yang kita temukan bukan lagi Allah yang menyertai secara berdampingan, tetapi Roh-Nya tinggal di dalam diri kita.

Respon Para Murid

Tidak ada hal yang lebih melegakan dibandingkan mendapat jawaban yang pasti. Ada suatu cerita dimana ada seorang pemain akrobat yang menunjukkan atraksi berjalan di atas tali. Dalam putaran yang kedua, pemain akrobat ini menantang para penonton untuk menunjukkan kehebatan sang pemain akrobat dalam berjalan di atas tali sambil menggendong salah satu dari penonton yang bersedia memberikan dirinya. Tidak ada jawaban dari para penonton. Tidak ada yang berani meresikokan dirinya untuk pertunjukan akrobat itu.

“Tenang saja, saya jamin keselamatan anda.”, tiba-tiba seorang anak kecil mengangkat tangannya. Lantas pemain akrobat itu pun menggendong anak tersebut dan berjalan di atas tali.

Ketika pertunjukkan selesai, para penonton bertanya kepada anak itu, “Nak, bagaimana bisa kamu begitu berani membiarkan dirimu digendong di atas tali?”, anak itu kemudian menjawab, “Saya percaya kepada Bapak Pemain Akrobat itu bahwa keselamatan saya terjamin, karena Bapak itu adalah ayah saya.”

Murid-murid hidup dalam kebimbangan, keraguan, dan ketakutan setelah guru yang mereka ikuti selama kurang lebih tiga tahun itu meninggalkan mereka. Sang guru yang dinyatakan meninggal dan dikubur, mau tidak mau membuat para pengikut-Nya harus hidup sembunyi-bunyi dengan rasa malu. Apalagi ketika kubur itu terbuka dan mayat sang guru hilang. Bertambahlah ketakutan murid-murid kalau-kalau mereka akan ditangkap atas tuduhan pencurian mayat sebagai pembenaran ajaran sang guru yang pernah mengatakan kalau Dia akan bangkit di hari ketiga.

Namun janji berkat yang Yesus berikan bagi mereka ternyata cukup untuk memberikan kembali keyakinan, pengharapan, dan keberanian untuk move on dalam hidup mereka. Apalagi setelah pikiran mereka terbuka akan isi kitab suci (Luk. 24:45), dimana mereka akhirnya mengenal siapa Yesus yang sebenarnya.

Hal ini membuat saya teringat dengan sebuah kisah yang pernah saya baca di buku Tinggal Dalam Hadirat-Mu karya Yohan Candawasa.

Alkisah adalah dua orang muda bernama Pitias dan Damon. Mereka memiliki hubungan persahabatan yang sangat erat, bahkan melebihi hubungan saudara kandung. Suatu hari terjadi peperangan yang menyebabkan kedua anak ini terpisah dan tinggal di negeri yang jauh berbeda. Mereka terus mencari satu sama lain, hingga akhirnya mereka berhasil menemukan keberadaan masing-masing.

Tanpa pikir panjang, Pitias pun langsung pergi ke negeri dimana Damon tinggal. Sayangnya, Pitias ditangkap dan dimasukkan ke penjara karena disangka sebagai mata-mata dari negeri musuh. Raja bahkan menjatuhi hukuman mati pada Pitias. Damon yang mendengar hal ini, melakukan segala macam cara untuk membebaskan Pitias, kawan lamanya itu. Akan tetapi, permohonannya tidak dihiraukan oleh raja. Pitias pun memohon kepada raja agar diijinkan untuk berpamitan kepada keluarganya terlebih dahulu di negeri asalnya sebelum ia dipancung. Tentu saja raja menganggap permohonan Pitias sebagai trik murahan untuk menipunya dan kabur dari hukuman mati. Akan tetapi Damon dengan beraninya memberikan diri sebagai penjamin. Ia bersedia menggantikan Pitias sementara waktu dan bahkan bersedia dipancung apabila Pitias tidak kembali sampai hari eksekusi tiba.

Hari sebelum eksekusi tiba, Pitias belum kembali juga. Sang raja pun menyindir Damon, katanya, “Kau bodoh sudah mempercayai temanmu, memangnya dia mau kembali untuk mati disini?”

Jawab Damon, “Aku percaya padanya, dia akan kembali tepat waktu.”

Hari eksekusi pun tiba dan Pitias tidak kembali. Ketika eksekusi akan dimulai, sang raja menyindir Damon kembali, “Temanmu itu pembohong dan kau adalah orang terbodoh di dunia. Apa pendapatmu sekarang tentang dia?”

Jawab Damon, “Ia adalah sahabat saya. Sekalipun ia tidak kembali dan saya tidak tahu mengapa demikian, bahkan untuk itu saya akan kehilangan nyawa namun saya tetap percaya kepadanya.”

Kisah ini memberikan gambaran “Bahwasanya kepercayaan kita kepada Allah bukan berakar pada pengertian kita akan apa yang dilakukan-Nya dalam membimbing dan memimpin kita, melainkan berakar pada pengenalan kita yang mendalam akan pribadi dan karakter Allah.” (Yohan Candawasa, Tinggal Dalam Hadirat-Mu)

Pengenalan kepada Allah melahirkan keyakinan atau conviction terhadap pribadi-Nya. Sekalipun lagi-lagi Yesus pergi meninggalkan mereka, sekalipun mereka harus menunggu sekali lagi janji pencurahan Roh Kudus yang tidak diberitahu kapan datangnya. Namun, mereka penuh dengan penyembahan kepada Kristus dan pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. Dari suatu tindakan pengasingan diri kembali kepada komunitas. Tentu suatu respon yang begitu berbeda ketika Yesus meninggalkan mereka pertama kalinya. Sukacita yang mereka rasakan mengalahkan rasa takut dalam diri mereka.

Sukacita yang Mengalahkan Ketakutan

Terkadang kita mungkin mengalami kegoyahan, keraguan, dan kebimbangan dalam perjalanan mengikuti Yesus. Apakah benar keputusan saya mengorbankan ini dan itu untuk menjadi pengikut Yesus? Di saat-saat demikianlah, kita seharusnya semakin rindu mencari kebenaran. Pengenalan akan Allah, akan siapa pribadi-Nya, apa rencana-Nya, dan apa kehendak-Nya bagi hidup kita, menolong kita untuk melepaskan diri dari keraguan, ketakutan, kegagalan, dan rasa malu. Bahkan menolong kita kembali ke jalan yang sulit, bertahan dalam ketidakpastian, ke Yerusalem.

Dengan semangat baru, komitmen baru, dan tujuan baru yang sejati, para murid senantiasa bertekun beribadah bersama dalam persekutuan sambil membawa harapan baru. Keyakinan itu menolong kita untuk berkomitmen dalam komunitas dan melahirkan ibadah yang hidup.

Injil Lukas diawali oleh Yesus yang turun ke dunia, dan diakhiri dengan Yesus yang naik kembali ke Surga. Karya-Nya sempurna, tidak ada yang belum diselesaikan, Dia setia sampai akhir.

Injil Lukas diawali oleh pujian sekumpulan orang-orang yang berharap (Zakharia, Maria, Simeon, Hana), dan diakhiri oleh pujian para murid melihat harapan yang sudah tergenapi serta mendapat harapan yang baru.

Cerita Yesus dan janji-Nya merupakan satu kesatuan utuh yang akan digenapi seluruhnya menjadi sebuah akhir yang bahagia.

“Jesus’s life on Earth ended amidst physical suffering and mental anguish, yet God’s power defeated the grave.” ODB – October, 24th 2028

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *