Dr. Frost

(Juga dimuat di Ignite GKI)

Saya selalu merasa diri saya adalah seseorang yang tidak pernah berhasil dalam apapun yang saya kerjakan. Saya selalu dihantui dengan kata-kata ini, “Kamu tidak akan bisa. Lupakan saja dan berhenti mempermalukan dirimu sendiri.”, ketika saya tertantang untuk melakukan suatu tanggung jawab yang besar.

Ada sesuatu yang salah dalam diri saya tanpa saya sadari. Hal itu berlangsung hingga saya menempuh dunia perkuliahan. Namun saya baru benar-benar mengerti ketika saya lulus bahwa ada hal-hal yang belum dibereskan di masa lalu saya. Saya yakin kebanyakan dari kita juga memiliki sesuatu yang salah dalam diri kita, baik secara disadari maupun tidak disadari. Setiap orang memilikinya dan bagaimana kita dapat menjelaskan hal ini?

Pernah mendengar tentang Dr. Frost? Dr. Frost adalah sebuah Line Webtoon yang bertemakan psikologi. Suatu tema unik yang jarang ditemukan di dalam genre komik. Pembahasannya cukup dalam dan berat karena banyak memakai istilah psikologi. Ketika membaca chapter pertama dari webtoon ini, saya langsung jatuh cinta pada Dr. Frost. Bukan karena tokohnya yang ganteng, tetapi karena bagaimana Dr. Frost mampu membaca pikiran seseorang yang baru saja dia temui melalui kondisi psikologis orang tersebut.

Dr. Frost kemudian diminta untuk menjadi seorang profesor departemen psikologi di sebuah universitas. Di tempat itulah, Dr. Frost mengkonseling berbagai macam kasus psikologis yang dihadapi orang-orang dari segala latar belakang dan usia.

Saya sangat mengapresiasi creator dari webtoon ini Mr. Jongbeom Lee. Untuk membuat webtoon dengan cerita yang dalam dan rumit ini pastilah tidak mudah. Selain bersumber dari ilmu yang pernah dia pelajari semasa kuliahnya, yaitu jurusan psikologi, dia juga berkonsultasi dengan seorang PHD psikologi, kepala klinik konseling, dan kepala departemen psikologi di sebuah universitas di Korea.

Terdapat berbagai kasus yang ditangani Dr. Frost seperti narcissistic disorientation (kecintaan kepada diri yang berlebihan), panic disorder (kecemasan yang luar biasa), social anxiety disorder (perasaan malu dan rendah diri yang tidak wajar), dll. Yang masuk akal adalah, semua disorientasi itu kebanyakan disebabkan oleh hal-hal yang terjadi di masa lalu. Hal-hal itu secara disadari atau tidak disadari telah membawa dampak dalam kondisi psikologis para penderitanya ketika dewasa.

Salah satu contoh kasus yang diceritakan adalah tentang seorang pemuda yang sangat over confident, dia sangat bangga menceritakan apa yang dia miliki, achievement apa saja yang sudah dia peroleh, dsb. Namun dia tidak pernah berhasil dalam hal relationship, padahal sudah 17 kali dia menjalin hubungan dengan wanita. Entah dia yang merasa tidak cocok atau wanitanya yang merasa tidak cocok, alhasil hubungannya selalu berakhir gagal. Usut diusut, ternyata dia memiliki masa lalu yang tidak baik dengan ibunya yang kaku, selalu menuntut, lebih dominan dari ayahnya, dan tidak pernah bersimpati dengan anaknya sendiri (umumnya anak-anak dari keluarga Asia pernah merasakan hal ini). Lama kelamaan, pemuda ini tumbuh dewasa dengan mencari simpati dari orang lain, khususnya wanita karena dia tidak pernah merasakan hal tersebut dari wanita terdekatnya yaitu ibunya sendiri.

45

Membaca webtoon ini mengingatkanku akan suatu bagian dari Alkitab yang berbicara tentang asal usul manusia.

Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita…” – Kejadian 1:26

Ketika Allah menciptakan manusia, Dia menciptakan gambar diri-Nya sendiri pada diri manusia. Manusia adalah selem (ukiran), representasi Allah bagi seluruh ciptaan lainnya. Tetapi ketika manusia jatuh dalam dosa, maka gambar Allah dalam diri manusia rusak. Gambar diri yang rusak itu digantikan dengan hal-hal yang salah.

Begitu banyak anak-anak muda tumbuh dengan mencari jati diri, identitas diri, eksistensi diri pada hal-hal duniawi. Misalnya idola, dongeng, komik, game, drama korea, dsb. Gambar diri yang salah juga membuat banyak orang, baik yang muda maupun dewasa merasa dirinya tidak berguna, rendah diri, atau bahkan sebaliknya.

3

Efesus 2:10 menyatakan bahwa kita ini adalah buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik yang sudah ditetapkan-Nya. Hanya di dalam karya penebusan Kristus lah, kita dapat menjadi diri kita yang seharusnya (sesuai dengan tujuan mengapa kita diciptakan). Gambar diri kita dipulihkan dari kerusakan. Sehingga kita dapat mengerjakan pekerjaan baik, kehendak Allah dalam hidup setiap kita.

Saya bersyukur ada di tengah komunitas orang-orang percaya yang dapat menolong memulihkan gambar diri saya yang rusak. Hal-hal yang saya ceritakan di awal adalah pengaruh dari banyak hal yang terjadi dalam hidup saya sejak masa kecil. Semua itu mempengaruhi gambar diri dan kepribadian saya. Saya pernah merasa tidak dihargai oleh orangtua saya, saya melihat teladan relasi yang tidak baik dari orangtua saya, saya pernah dikhianati, dijauhi, dan di-bully oleh teman-teman terdekat saya ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Secara tidak saya sadari, semua kejadian itulah yang akhirnya membentuk diri saya menjadi seseorang yang pendiam, minder, tidak pernah merasa berhasil dalam pekerjaan apapun, cuek, malas bergaul, selalu bergantung kepada orang lain, dan menuntut kesempurnaan dalam suatu hubungan.

Dalam komunitas, saya diajarkan untuk mengampuni mereka, orangtua dan yang bahkan sampai sekarang pun saya tidak ingat yaitu teman-teman SD yang sudah menjauhi saya. Hingga akhirnya perlahan demi perlahan, saya belajar melihat bagaimana Tuhan sebenarnya bekerja dalam hidup saya.

Namun apakah itu artinya diri saya sudah pulih sempurna? Tentu saja belum sepenuhnya. Saya masih berjuang menghadapi apa yang masih saya rasakan dan hadapi sehari-hari, khususnya hal-hal yang dapat mengingatkan saya akan masa lalu. Tetapi saya menghadapinya dengan satu pikiran yang baru, yaitu Kristus sudah menebus semua masa lalu saya. Satu hal yang juga penting adalah keterbukaan. Tanpa keterbukaan untuk menceritakan semua masalah yang saya rasakan dan hadapi, maka sangat sulit untuk saya dapat menyadari hal-hal yang belum dibereskan dalam masa lalu saya. Keterbukaan adalah awal dari pemulihan.

Dr. Frost mungkin bisa mengkonseling dan mengatasi masalah kepribadian seseorang. Tapi dia tidak akan mampu memberikan arti dan tujuan hidup manusia yang sebenarnya kepada orang yang datang konseling kepadanya. Hanya di dalam Kristus, satu-satunya pribadi yang mampu merestorasi gambar diri yang rusak dan memberikan kepada kita arti dan tujuan hidup yang sebenarnya.

“People see the world through the eyes of their own beliefs. But if necessary, we must be able to correct those beliefs for other peoples.” – Dr. Frost (ep.28)


Comments

3 responses to “Dr. Frost”

  1. Makasih Mei buat ulasan ulang yg dilihat dr perspektif Kristiani. Terus berkarya ya ^^
    Let us bring our brokeness unto God, let Him repair us.

  2. […] teman-teman mengikuti blogku, beberapa kali aku pernah menulis tentang webtoon yang berkesan bagiku. Aku adalah pembaca webtoon Line Naver sejak baru dirilis di Indonesia tahun 2015. Ada beberapa […]

  3. […] teman-teman mengikuti blogku, beberapa kali aku pernah menulis tentang webtoon yang berkesan bagiku. Aku adalah pembaca webtoon Line Naver sejak baru dirilis di Indonesia tahun 2015. Ada beberapa […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *