KasihMu Tiada Duanya

Sebuah lagu yang begitu berkesan bagiku dalam ibadah KKR Siswa 2017 yang diadakan oleh Perkantas Jakarta. Menyanyikannya setelah menyaksikan kesaksian hidup orang-orang yang telah merasakan bahwa Kristuslah satu-satunya pemuas hidup mereka yang kosong, tiba-tiba saja mengingatkanku kembali apa yang terjadi 5 tahun yang lalu. Tepat 5 tahun yang lalu, aku yang lebih mencintai manusia daripada Tuhan ini akhirnya mampu melihat anugerah Tuhan yang sesungguhnya dalam hidupku.

Hal inilah yang kembali aku rasakan dan gumulkan beberapa waktu ini.

Sejujurnya, dua tahun ini adalah tahun yang begitu berat bagiku. Dimulai dari masalah keluarga yang pada akhirnya mempengaruhi relasiku dengan Allah, pekerjaan, pelayanan, dan kesehatanku. Aku sadar betul, bahwa aku belum bisa menerima keadaan keluargaku yang sekarang. Aku kecewa karena semuanya begitu jauh dari ekspektasiku. Apa yang kudoakan, justru yang terjadi malah semakin buruk. Aku menyalahkan Tuhan, aku menyalahkan pelayananku, aku menyalahkan orang-orang di sekitarku, aku menyalahkan diriku sendiri.

Sampai di suatu titik dimana emosiku begitu memuncak, aku sadar bahwa selama ini aku hanya memikirkan diriku sendiri. Lagi-lagi seperti 5 tahun yang lalu. Ekspektasi dan harapan yang sia-sia ku sandarkan kepada manusia, yaitu keluarga.

Bekerja, melayani, berdoa, bersekutu, KTB, terus berjalan dengan hati yang hampa. Orang-orang melihatku baik-baik saja, padahal sebenarnya tidak. Aku menjadi begitu alergi dengan judging dan solusi-solusi yang dilontarkan oleh orang-orang di sekitarku yang dengan santai mengatakan, “Ah begitu doank masalahmu.”, “Itu uda biasa kali. Ga cuma u doank”, “Heran, segitu gampangnya u mempertanyakan dan menyalahkan Tuhan.”, “Terus percaya aja sama Tuhan”, “Gimana kalo u…”, “Cuek aja, gak usah terlalu dipikirin…”.

Tidak hanya itu, aku merasa pelayananku adalah beban yang hanya membuatku kelelahan dan memperburuk kesehatanku. Apalagi ketika di tengah mengerjakannya, untuk pertama kali seumur hidupku, aku mengidap penyakit yang cukup serius. Hal itu mengharuskanku untuk cek up berulang kali ke rumah sakit. Apa maksudmu Tuhan? Itulah yang kutanyakan dalam hatiku.

Aku tahu ada sesuatu yang salah dalam diriku, aku merasa Tuhan begitu jauh. Bahkan aku merasa Tuhan sudah berubah. Dia sudah tidak lagi seperti ketika aku masih berkuliah, melayani di PMK Binus, hadir dengan nyata ketika aku bergumul menjadi seorang staf penuh waktu di Perkantas.

Wahyu 2:4 (TB)  Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
Padahal akulah yang berubah…

Ketika menyanyikan lagu KasihMu Tiada Duanya, aku kembali teringat kasih Tuhan yang dulu pernah kurasakan. Aku ingat masa-masa ‘kasmaran’ bersama dengan-Nya, 5 tahun yang lalu, ketika Tuhan membukakan mataku untuk hanya melihat kepadaNya.

Ibrani 13:8 (TB)  Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya. 

Inilah ayat yang pernah kuimani dalam pergumulanku menjadi staf. Kasih Tuhan tidak pernah berubah, kasih Tuhan tidak pernah membeda-bedakan, kasih Tuhan sama bagi semua orang. Hanya saja kemampuan manusia untuk merasakannyalah yang berubah-ubah. Dengan begitu mudah, manusia bisa melupakan apa yang telah dikerjakan Allah dalam hidupnya. Semudah masalah, musibah, dan doa yang tidak kunjung terjawab, manusia dapat meninggalkan iman mereka. Tidak peduli sehebat atau sesering apapun diri mereka dalam melayani Tuhan, setiap manusia pasti mengalami jatuh bangun dalam kehidupan rohani mereka seumur hidupnya.

Lalu apa yang harus kita lakukan dalam kondisi ini?

Efesus 3:18 (TB)  Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,

Di tengah kebimbanganku, inilah jawabannya, DOA. Dan DIA membuktikan bahwa DIA nyata, DIA mendengar dan menjawab DOAku.

Seperti doa yang diucapkan Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus. Ketika menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dalam diri kita, berdoalah. Mintalah agar Tuhan memampukan kita untuk mendiagnosa apa yang salah dalam diri kita, mentreatment, dan memulihkan kita. Sehingga pada akhirnya, kita dapat kembali memahami betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus dalam diri kita yang sebenarnya tidak layak menerima semua itu.

Belum pernah ada
Kasih di dunia
Sanggup menerima diriku apa adanya
Selain kasihMu Yesus
Tak ‘kan ada lagi
Kasih s’perti ini
Sanggup mengubahkan hidupku menjadi baru
Selain kasihMu Yesus

Reff:
Kau ku kagumi dalam hati
kasihMu tiada duanya
sampai kini ku akui
kasihMu tiada duanya


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *