The Gift of Art (part 1)

Ketika sedang membantu seorang teman di lantai teratas sekretariat Perkantas, disitulah aku menemukan ‘harta karun’ ini terselip di antara buku-buku lainnya. Membaca kata ‘Art’ dari sekian buku-buku tua lainnya yang ada di dalam rak buku tersebut, membuatku langsung menarik buku ini dari tempatnya dan memutuskan untuk meminjam buku antik nan langka ini.

Buku ini ditulis oleh Gene Edward Veith, Jr dan diterbitkan pada tahun 1951 oleh Intervarsity Press. Sayangnya, buku ini sudah tidak diterbitkan lagi dan sejauh aku mencarinya di toko buku import, aku tidak dapat menemukannya (if any of you found it somewhere, please let me know)

Kiranya pemaparan topik yang jarang ditemukan di buku-buku Kristen ini dapat menolong setiap kita, khususnya orang-orang yang berprofesi sebagai seniman dalam mengerjakan panggilannya kepada Allah.

CHAPTER 1 – ICONS, ICONOCLAST & PHILISTINES

Seni dapat di respon dengan dua ekstrem yang salah (notice that ‘art’ in here could be sculpting, music, painting, and literature). Pertama, seni dijadikan sebagai idol atau religion (icon). Kedua, memandang seni sebagai bahaya yang mengancam kita jatuh dalam penyembahan berhala sehingga kita menjadi seorang anti seni atau tidak terbuka dengan seni modern (iconoclast). Masalah yang lain lagi adalah terkadang seorang Kristen yang berkarya dalam bidang seni tidak mendapat dukungan dari sesama orang Kristen lainnya (inilah yang disebut sebagai Christian Philistinism)

“If Christian artists must express their faith only
in old fashioned modes, it implies to their audiences and peers that
Christianity is an outmoded religion, with nothing to say to the needs
and imagination of the modern conditions.”

Sebagai seniman Kristen, kita menghadapi berbagai dilema dan banyak pertanyaan. Apakah sebuah karya seni dapat sekaligus bersifat kontemporer dan rohani? Apakah seni dapat merupakan vokasi bagi Kristen yang rindu untuk melayani Allah? Apa kata Alkitab tentang seni? Untuk memperdebatkan hal ini, mungkin tidak akan ada akhirnya. Akan tetapi seniman Kristen mempunyai Firman Tuhan yang berotoritas tinggi. Walaupun subjek utama dari Alkitab adalah sejarah dan rencana keselamatan umat manusia, tetapi Alkitab juga adalah panduan dari segala aspek kehidupan manusia termasuk di dalamnya seni.

So, what was the bible say about art?

CHAPTER 2 – THE GIFT OF BEZALEL: THE BIBLE AND THE VOCATION OF AN ARTIST

Adalah namanya Bezaleel, anak dari Uri yang ceritanya tidak terlalu dikenal. Namanya muncul di dalam kitab Keluaran 31:1-11 sebagai seseorang yang diberikan talenta dan dipanggil menjadi seniman bagi Allah. Dari kisah ini kita dapat belajar 3 prinsip alkitabiah tentang seni.

  1. Seni merupakan kehendak Allah.
    The tabernacle, designed to glorify God and to instruct his people, was to involve ‘artistic designs’.
    Pernahkah kamu merasa bosan ketika membaca kitab Taurat Musa khususnya Keluaran 26-28 dan 30? Honestly, saya pernah ketika harus membaca detil-detil pembangunan kemah suci seperti panjang, lebar, bahan, berapa banyak kaitan emas untuk menyambung tenda satu sama lain, dsb. Saya merasa detil-detil itu tidak terlalu penting untuk dicatat. Akan tetapi Allah mengijinkan semua detil itu dicatat dalam Alkitab oleh Musa. Allah, sang designer dan pencipta seluruh alam semesta ini menganggap detil-detil dari sebuah design, arsitektur, dan artifak seni adalah hal yang sangat bernilai.
    “you shall make holy garments for Aaron your brother, for glory and for beauty” (Ex 28:2)
    Allah harus dimuliakan, hanya yang terbaik yang harus dipersembahkan umat kepada-Nya. Selain untuk kemuliaan Allah, pakaian Harun juga harus dibuat untuk keindahan (for beauty).
  1. Seni adalah sebuah vokasi.
    Alkitab juga menunjukkan bahwa bakat artistik adalah karunia Allah (Keluaran 36:2). Karunia ini bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja dan diberikan kepada orang-orang yang tidak dapat mengerjakan apapun yang tiba-tiba saja menjadi ahli seni. Bezaleel adalah seorang craftsman yang sangat berbakat bahkan sebelum dia mendapatkan panggilan yang mulia itu. Mungkin dia dulu adalah seorang budak Mesir yang bertugas membuat seni ukir atau pahatan kuno Mesir. Allah berbicara kepada Musa bahwa Dia sudah memberikan semua karunia itu untuk Bezaleel (“I have called… I have filled… I have given to all able men ability – Ex 31:2-6). Lalu tugas Musa adalah memberitahu Bezaleel apa yang harus dilakukannya yaitu dipanggil khusus untuk membuat tabernakel.
    “See, the LORD has called by name Bezalel the son of Uri, son of Hur, of the tribe of Judah” – Ex 35:30
    Seni adalah vokasi dari Allah. Kata “vokasi” (vocatio) berarti “panggilan”. Kita seringkali berpikir bahwa panggilan berarti kegiatan pelayanan atau pekerjaan misi, tapi sebenarnya di dalam pekerjaan sekuler seperti seni, kita juga dapat menemukan vokasi dari Allah untuk melayani Dia dan orang lain. Alkitab mencatat dengan jelas bahwa Allah memanggil Bezaleel untuk bekerja membuat tabernakel. Panggilan ini bukanlah panggilan umum yang diberikan kepada semua orang, tapi ini adalah panggilan spesifik kepada seseorang yang namanya dipanggil oleh Allah. Seseorang yang dipanggil Allah menjadi seorang artist.
  1. Seni adalah sebuah karunia.
    “He has filled him with the Spirit of God” – Ex 35:31
    Bezaleel adalah orang pertama yang dicatat dalam Alkitab yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Berdasarkan PB (Perjanjian Baru, Roh Kudus diberikan kepada semua orang Kristen (Gal. 5:22-33, Ef.  5:9). Seseorang yang dipenuhi Roh Kudus artinya Bezaleel adalah seorang yang beriman, memiliki hubungan yang intim dengan Allah, mengenal dengan dalam siapa Allah, dan berserah sepenuhnya pada kehendak Allah. Seorang seniman Kristen tidak bisa tidak menjadikan relasinya dengan Allah sebagai prioritas utama.
    “He has filled him…. with ability.” – Ex 35:31
    Hal kedua yang diberikan kepada Bezaleel adalah talenta. Tidak semua orang dapat menggambar, mengukir, membuat ouisi, bernyanyi, dsb. Semua itu adalah pemberian Tuhan.
    “He has filled him…. with intelligence.” – Ex 35:21
    Seseorang mungkin memiliki talenta seni, tetapi itu saja tidak cukup untuk menghasilkan karya terbaik bagi Allah. Bezaleel diberikan akal budi untuk memperhitungkan secara matematis, mengerti konsep dalam melukis, dsb.
    “He has filled him…. with knowledge.” – Ex 35:21
    Jika intelligence berhubungan dengan pemahaman konsep tentang seni, maka knowledge berhubungan dengan pengetahuan-pengetahuan umum seperti pengetahuan akan texture suatu benda, bahan-bahan pahat, bagaimana cara mengolah bahan-bahan tambang, dsb. Ini merupakan suatu bukti bahwa Alkitab menganggap seorang seniman yang baik adalah mereka yang belajar dan terus belajar, bahkan juga mempelajari hal di luar seni itu sendiri. Mereka terbuka dengan ilmu pengetahuan, tertarik mempelajari sejarah, tradisi, bahkan geografi, antopologi, politik, dan mempelajari karya orang lain. Sebagai seniman Kristen, pengetahuan terpenting kita adalah Alkitab, jangan sampai kita menjadi sombong karena pengetahuan yang kita miliki (1 Kor. 8:1) . Tentunya kita juga harus bijak dalam memilah pengetahuan mana yang baik dan jahat (Rom. 16:19). Itu berarti atas dasar pengetahuan, kita tidak boleh mencoba hal-hal yang sebenarnya bertentangan dengan kehendak Allah.
    “He has filled him with…. all craftsmanship.” – Ex 35:21
    Seorang seniman harus menguasai teknik misalnya dalam bidang pahatan atau lukisan, dsb. Dalam hal ini, manusia menempati posisi seperti pada Mazmur 8:6. Bukan kuasa tirani atau eksploitasi atas sumber daya alam, tapi melalui usaha dan kepedulian dari sang artist untuk membuat suatu karya sesuai dengan kehendak-Nya. Seperti analogi yang sering digunakan dalam Alkitab, tanah liat dan penjunannya yang melambangkan relasi antara Allah dan ciptaannya (Yes. 64:8, Yer. 18:6, Rom. 9:21).

Lanjut ke Part 2


Comments

2 responses to “The Gift of Art (part 1)”

  1. Yohann Avatar
    Yohann

    d tunggu part 2 nya :DD

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *