Kalau bisa dibilang mungkin tema bulan ini bagiku adalah get up, remember, journal-ing, and praise The Lord for all He had done. Hampir setiap minggu aku diingatkan untuk membuat journal pribadi, entah itu lewat Firman yang kudengar maupun saat teduh pribadiku. Setelah menikmati peneguhan demi peneguhan untuk menghadapi 2016 lewat SYC dan Retret Staf Perkantas Jakarta, seolah Tuhan ingin memberitahuku bahwa bukan hanya berhenti di situ saja dan pergilah menangkan pertempuran hidup, tetapi Tuhan mau aku menuliskan petualangan imanku setiap harinya untuk dibaca lagi di kemudian hari agar aku tidak melupakan setiap kebaikan-Nya.
Kejadian 28 memuat kisah dimana Yakub membangun sebuah tugu bagi Tuhan yang telah berjanji akan melindunginya dari Esau. Itu adalah tugu pertama dalam Alkitab yang dibangun untuk memperingati kebaikan Tuhan. Kemudian tradisi pembangunan tugu atau monumen peringatan ini diwariskan kepada generasi-generasi selanjutnya (Misalnya Eben Haezer, ‘batu penolong’ yang dibangun oleh Samuel untuk memperingati kebaikan Tuhan yang sudah membawa kembali tabut perjanjian yang dirampas orang Filistin).
Mengapa pembuatan tugu atau monumen ini menjadi begitu penting? Karena sifat dasar manusia yang mudah sekali lupa, lupa akan kebaikan Tuhan, lupa akan setiap berkat yang telah dinikmati, dan masih banyak lagi. Menulis journal adalah salah satu cara kita dapat menyimpan perjalanan iman yang sewaktu-waktu bisa saja kita lupakan. Sewaktu masih kuliah dulu, aku pernah rutin menulis journal pribadiku. Ketika aku sedang membereskan barang-barang di kos untuk siap kembali ke rumah, aku menemukannya dan membacanya ulang. Wah, ternyata memang begitu banyak hal yang telah kulupakan, setiap pergumulan-pergumulan yang dulu pernah aku alami, hingga sekarang ketika mengingat lagi. Melalui journal tersebut aku dapat melihat sebuah big picture yang sangat indah dari pergumulan-pergumulan dan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab di masa itu.
Ketika mengikuti mezbah doa di gereja (28 Januari 2016), ada sebuah pertanyan menarik yang membuatku termenung, “Mazmur seperti apakah yang sedang kau tulis saat ini?” Mazmur adalah ekspresi iman penulisnya, jadi Mazmur apakah yang sedang kutulis? Mungkin Mazmur yang saat ini aku tulis adalah Mazmur yang memohon pertolongan Allah, Mazmur keluhan, atau Mazmur ratapan atas penderitaan hidup dan pergumulan yang ku alami, tapi semua itu sebenarnya adalah bagian dari big picture yang sedang Allah lukis dalam hidupku. Kiranya suatu hari nanti, aku dapat kembali melihat big picture tersebut, menikmati keindahannya, dan biarlah jiwaku memuji Dia, Sang Pelukis Agung hidupku.
Happy jounaling!
https://www.youtube.com/watch?v=wzTHAJ-DxWo
“Lalu bernazarlah Yakub: “Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka TUHAN akan menjadi Allahku. Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu.” – Kejadian 28:20-22
Leave a Reply