He Leadeth Me

Aku merasa bulan Februari ini kembali ada badai yang menerjang kehidupanku. Aku mencapai titik iman yang sangat rendah dimana aku mempertanyakan keadilan Tuhan dan sudah tidak mau lagi memikirkan apapun.

Kondisi yang sangat tidak mengenakkan tentunya. Mengerjakan pekerjaan dan pelayanan tanpa perasaan. Berbicara, berkomunikasi, berelasi dengan orang lain tanpa merasakan apapun. Bahkan mendengarkan Firman Tuhan juga tidak merasakan apapun.

Tampaknya hal ini juga mempengaruhi kesehatanku, yang akhirnya membuatku merasa mual dan sakit kepala terus menerus selama beberapa hari.

Sangat tidak nyaman dan tidak mengenakkan berada di dalam kondisi demikian. Namun aku bersyukur, aku masih bisa menyadari kalau aku butuh Tuhan yang sanggup memperbaiki diriku dan mengangkatku dari titik yang rendah ini. Di saat itulah aku berseru kepada-Nya. Dia menjawabku melalui serangkaian acara Retret Koordinator XV yang diadakan Perkantas. Walaupun aku berada disana hanya sebagai tim kerja panitia, tapi aku mengucap syukur ketika Tuhan masih mengijinkanku menikmati disegarkan, dikuatkan, dan ditegur untuk kembali memusatkan pikiranku hanya kepada-Nya.

Melihat begitu banyak rekan-rekan sepelayanan di kampus dulu yang sepertinya sedang dalam masa-masa down, masa-masa ingin melarikan diri dari Tuhan, mungkin juga masa-masa mempertanyakan keadilan Tuhan, maka inilah ayat yang ingin ku sharingkan dengan teman-teman.

Mazmur 139:7-12 (TB)
“Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?
Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut,
juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.
Jika aku berkata: “Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam, maka kegelapan pun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.”

Kita tidak akan bisa melarikan diri dari Dia yang memiliki seluruh kehidupan kita. Ketika kita lelah, kita tidak kuat, justru seharusnya kita tidak memilih jalan melarikan diri, melainkan meminta Tuhan memperbaiki kondisi diri kita yang kacau, yang sudah jelas salah ketika memikirkan ingin lari.

Kembali aku dapat menyimpulkan bahwa di taufan g’lap, juga di laut yang tenang, tetap tanganku dipegang, dan Ia mengayuh bersamaku di perahu kecil yang rentan terbalik diterjang ombak ini.

https://www.youtube.com/watch?v=KXeCQgOlx4Q

He leadeth me, He leadeth me
By His own hand He leadeth me
His faithful foll’wer I would be
For by His hand He leadeth me


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *