Penulis: Sen Sendjaya, Ph.d
Saat ini, banyak pemimpin-pemimpin dunia yang secara tidak disadari, telah menerapkan konsep-konsep kepemimpinan yang biblical dengan lebih baik daripada pemimpin-pemimpin Kristen. Hal ini merupakan suatu ironi karena seharusnya pemimpin-pemimpin Kristen yang memberikan teladan, tapi justru malah pemimpin-pemimpin dunia yang menjadi teladan. Saya bersyukur dapat membaca buku ini, karena sebagai seseorang yang saat ini sedang menjalani panggilan sebagai seorang pemimpin, saya dapat kembali merefleksikan apakah saya saat ini telah menjadi pemimpin yang dikehendaki Allah. Dari sekian banyak hal yang dapat dipelajari dari buku ini, setidaknya ada 3 hal yang menegur dan menjadi bahan refleksi saya ketika membaca buku ini:
- Kelemahan: Kualifikasi Eksklusif Kepemimpinan Kristen
Jika kita dapat menyebutkan karakter-karakter kepemimpinan Kristen yang diterapkan oleh pemimpin dunia, kita memang akan menyebutkan hal-hal umum yang dibawakan dalam acara-acara pelatihan, seminar, training, buku, dsb. Karakter-karakter itu adalah visioner, berintegritas, rendah hati, melayani, akuntabel, tidak mudah putus asa dan mau belajar. Lalu apa yang membuat pemimpin Kristen berbeda? Ada kualifikasi eksklusif yang dimiliki oleh seorang pemimpin Kristen, yaitu kelemahan. Pemimpin Kristen adalah seorang yang rela dipimpin ke tempat yang ia tidak ingin tuju, ke tempat yang ia tidak inginkan, ke tempat yang penuh air mata dan penderitaan (Yoh. 21:18). Jalan pemimpin Kristen berakhir pada salib. Namun ada sesuatu tentang salib yang kontradiktif dengan harapan manusia. Bagaimana mungkin Juruselamat manusia mati di atas kayu salib? Bahkan Paulus menulis bahwa salib adalah sebuah kebodohan bagi manusia dan untuk memberitakan berita kebodohan tersebut, Allah memilih yang bodoh, yang lemah, yang tidak terpandang, yang hina dan yang tidak berarti bagi dunia (1 Kor. 1:27-28). Yang dimaksudkan Paulus adalah bahwa kuasa Allah hanya bekerja di dalam orang-orang yang mengakui kelemahannya, bukan orang-orang yang merasa diri pandai, kuat, dan hebat. Sehingga seorang pemimpin Kristen harus menyadari bahwa tak ada satu kualifikasi pun yang ia miliki yang dapat ia banggakan di hadapan Allah.
- Penyimpangan Otoritas Pemimpin: Anarki dan Tirani
Ada 2 macam otoritas di dunia ini, yang pertama adalah otoritas intrinsik yaitu otoritas yang dimiliki karena nature dari pemiliknya, otoritas ini hanya dimiliki oleh Allah. Yang kedua adalah otoritas turunan yaitu otoritas yang didelegasikan dari Allah (Rom. 13:1 misalnya orang tua, pemerintah, pemimpin gereja, majikan). Mungkin kita seringkali bingung, Alkitab mengajarkan bahwa kita harus tunduk pada orang tua dan pemerintah, tapi bagaimana apabila mereka meminta kita melakukan hal yang tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab? Memang penolakan terhadap otoritas turunan adalah hal yang serius di hadapan Allah (anarki) tetapi kita harus berkhikmat dalam hal ketaatan pada otoritas turunan karena mereka jugalah manusia yang bisa salah. Kita bisa melihat contoh dua orang bidan di Mesir, Sifra dan Pua yang tidak taat pada Firaun (Kel. 1:16-17), mereka takut akan Allah sehingga mereka tidak taat pada Firaun. Ketaatan kita terhadap otoritas turunan tidak boleh melebihi ketaatan kita pada otoritas Allah, karena Allah memberikan otoritas turunan kepada para pemimpin agar mereka dapat melayani. Yesus Kristus memiliki seluruh otoritas di Sorga dan di bumi untuk melayani manusia berdosa. Ironinya, kebanyakan pemimpin menyelewengkan otoritas tersebut (tirani). Sehingga di dalam pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin, kita perlu belajar dari Kisah Para Rasul 15:28, pemimpin-pemimpin harus berdiskusi mencari kehendak Allah dan diakhiri dengan kebulatan hati sebagai berikut, “Adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami.”
- Seni Menegur
Ada 3 hal yang seringkali menjadi alasan mengapa kita segan menegur orang lain:
– Buktikan dulu bahwa kita lebih baik daripada orang tersebut.
– Mereka yang lebih tinggi kedudukannya tidak boleh dikritik.
– Kita tidak boleh menghakimi orang lain.
Pemimpin butuh orang-orang kritis yang peduli dengannya. Saling menegur dapat membentuk komunitas umat Allah yang sehat dan bertumbuh. Namun karena ketiga alasan diatas seringkali kita menjadi sulit menegur atau mengkritik pemimpin, padahal pemimpin tetaplah manusia yang bisa salah dan butuh kritik atau teguran yang dapat membangun dirinya. Mari kita belajar untuk mengubah cara pandang kita:
- Menegur pemimpin adalah bukti kasih kita kepadanya. Pemimpin punya kelemahan dan resiko untuk jatuh ke dalam jurang dosa, tidak menegurnya berarti membiarkan dia jatuh dan mengabaikan tanggung jawab moral yang Allah berikan sebagai saudara seiman.
- Tujuan menegur bukan untuk mengutuk pemimpin atau membeberkan kesalahannya melainkan untuk merestorasi pemimpin semakin efektif dalam hidup dan pelayanannya.
- Setiap teguran yang kita lontarkan harus didahului dengan 3 hal: fakta, firman Tuhan dan pergumulan doa. Teguran yang positif juga disertai dengan tetesan air mata dan hati yang berat. Kalau salah satu dari elemen-elemen tersebut tidak ada, sebaiknya batalkan niat untuk menegur. Yang tidak pernah menegur perlu berdoa meminta hikmat, kepekaan, dan keberanian dari Allah. Yang terlalu sering menegur perlu berdoa juga meminta pengontrolan diri dan pengampunan Allah.
Saya sangat menyarankan teman-teman khususnya yang sedang menjalani panggilan sebagai seorang pemimpin atau pun yang akan menjalaninya nanti untuk membaca buku ini. Kiranya setiap kita dapat semakin diperlengkapi menjadi seorang pemimpin yang dikehendaki Allah.
Leave a Reply