Lanjutan dari Part 1
CHAPTER 3 – THE IDOLATRY OF AARON: THE MISUSE OF ART
Keluaran 32 menceritakan bagaimana seni melenceng dari tujuannya semula (for glory and beauty). Harun bukan hanya menyalahgunakan karunianya untuk berbicara ketika memproklamasikan allah lain yang dibuatnya, tetapi dia juga menyalahgunakan musik dan nyanyian sebgai sebuah bentuk seni yang dipersembahkan pada allah palsu.Hal ini membuktikan bahwa seni memang dapat digunakan untuk kemuliaan Allah seperti yang dilakukan Bezaleel, tapi seni juga dapat digunakan untuk membuat berhala. Berhala berarti segala bentuk pemujaan pada benda-benda yang dapat dibuat di dunia ini melebihi Sang Pencipta.
Lalu bagaimana dengan 10 perintah Allah yang ke-2 yaitu, “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun…”? Apakah ini artinya seniman dilarang untuk membuat karya seni pahat? Kata “apapun” yang dimaksudkan disini adalah allah-allah lain yang sering menguji iman orang Israel seperti pemujaan pada bintang, planet, dewa-dewa langit (Ul. 4:19), Baal, Asytoret, Leviathan, dsb. Hal yang seharusnya menjadi fokus utama perhatian kita sebagai seniman adalah objek yang disembah atau tujuan mengapa karya seni itu diciptakan. Disini kita perlu belajar bahwa suatu karya seni dikatakan berhala tergantung dari kegunaannya (content or meaning), bukan dari bentuknya (form). Lembu emas yang dibuat Harun tentu berbeda dari 12 ekor kerbau tembaga di 2 Tawarikh 4:4.
Lebih mudah bagi seorang seniman dibandingkan audience untuk membedakan content dan form atau nilai aesthetic dan religious dalam sebuah objek seni. Namun seringkali seniman dituntut oleh audience untuk menghasilkan karya yang dapat disalahgunakan dan memuaskan keinginan daging saja. Harun adalah contoh yang buruk bagi para seniman. Dia adalah orang yang dipanggil dan dipakai Allah menjadi juru bicara bagi Musa bahkan juga dipercayakan menjadi seorang Imam. Tapi mengapa dia membuat patung lembu emas itu? Jawabannya sederhana, dia menyerah pada tuntutan umat. (Kel. 32:22-24). Harun menyalahkan umat ketika Musa mempertanyakan keputusannya membuat patung lembu emas. Kesalahan Harun bukanlah karena dia membuat patung itu, tapi karena dia tidak peduli dengan umat Allah, bangsa Israel yang sedang menuju kebinasaan karena tuntutan mereka yang buta.
And Moses said to Aaron, ‘What did this people do to you that you have brought a great sin upon them? (Ex 32:21).
Integritas Kekristenan terhadap seni saat ini sering kali dipengaruhi oleh permintaan pasar (Misalnya: pornografi, lagu-lagu yang memiliki makna tidak mendidik, dsb). Seorang seniman harus peduli dengan audience-nya agar tidak merusak dan mendatangkan dosa kepada audience lewat content seni yang salah. Seniman Kristen harus menghasilkan karya seni yang berisi nilai kebenaran Firman Tuhan. (perhatikan bahwa nilai Kristiani adalah sesuatu yang dapat diterima semua orang termasuk non-believer [misalnya nilai kasih, kejujuran, kekeluargaan, dsb], intinya nilai Kristiani tidak pernah bersifat tidak berguna).
CHAPTER 4 – THE WORK OF BEZALEL: ART IN THE BIBLE
Dalam pembuatan tabernakel, kita dapat melihat berbagai macam seni seperti abstrak, representasional, dan simbolik yang dapat dipakai untuk kemuliaan Allah.
Abstract Art
Seni abstrak disini bukanlah seperti lukisan abstrak karya Jackson Pollock, tetapi suatu karya seni yang tidak merepresentasikan apapun kecuali dirinya sendiri (misalnya: gunung, bunga, dll). Tabernakel dan bait suci adalah seni abstrak. Dalam 1 Raja-raja 7:15-22, tiang-tiang tembaga raksasa setinggi 33,5 kaki dan berdiameter 5,5 kaki ini adalah sebuah contoh dari seni abstrak. Tiang-tiang ini tidak punya fungsi secara arsitektur, tiang-tiang ini dibuat hanya karena Allah mengatakan bahwa tiang-tiang ini harus ada disana untuk keindahan, begitu juga jala-jala dan kawat-kawat berpilin (ay.17)
Akan tetapi, tiang-tiang ini bukanlah sesuatu yang tidak punya makna. Seperti nama-nama yang diberikan pada ke-2 tiang ini, ”Yakhin” yang berarti ”Allah membangun” dan ”Boaz” yang berarti ”Dia datang dengan kekuatan”. Ke-2 tiang ini tidak merepresentasikan Allah, tapi mengilustrasikan pekerjaan Allah, yaitu bagaimana Dia membangun dan Dia datang dengan kuasa. Seni abstrak dapat merepresentasikan kuasa, kekuatan, keindahan, kemuliaan, dan makna lainnya.
Representational Art
Tiang Yakhin dan Boaz memiliki ukiran buah delima dan bunga bakung, kelopak kandil dari bunga badam (Kel. 33:25), “laut” tuangan dengan gambar buah labu, papan penutup kereta penopang dengan singa, lembu, dan kerub (1 Raja. 7:27-28). Jelas bahwa seni representasi juga diterima oleh Allah. Tanpa model dan pola, Allah telah menciptakan segalanya, warna, bentuk, struktur, hukum geometri, bentuk binatang berdasarkan kehendak-Nya (Wah. 4:11). Allah adalah seniman abstrak yang orisinal. Entah itu struktur atom, amoeba, bunga, tubuh manusia, molekul DNA, kita dapat menemukan kreativitas Allah dalam semua detil ciptaan-Nya (Maz. 104).
Namun ironisnya, seringkali kita mengabaikan keindahan ciptaan Allah karena menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa. Sehingga salah satu fungsi seni seharusnya adalah meningkatkan kesadaran kita akan keindahan ciptaan Allah. Caranya adalah dengan mengangkat objek sehari-hari, mengeluarkannya dari konteks yang mainstream untuk menunjukkan nilai dan nature sejati dari objek tersebut ke dalam karya seni. Bunga kembang sepatu adalah bunga yang biasa saya temukan dimana-mana, tapi hingga saya melihat sebuah lukisan bunga tersebut, saya baru menyadari dan menghargai keindahannya, warnanya yang cerah terang, dan teksturnya yang lembut.
Selain objek-objek alam seperti tumbuh-tumbuhan, buah, binatang, terdapat juga objek supranatural seperti kerub di dalam desain tabernakel dan bait suci. Seni representasi sudah jelas Alkitabiah tetapi yang membedakan seni yang dibuat oleh Bezaleel dan pelanggaran 10 perintah Allah yang ke-2 adalah apa yang ingin Tuhan tunjukkan pada manusia, bukan apa yang diciptakan manusia; Allah yang dimuliakan bukan manusia yang dimuliakan.
Symbolic Art
Sebuah seni dapat dipuji karena keindahannya dan pesan yang disampaikannya. Kita dapat melihat contoh desain tabut perjanjian: sebuah peti kayu dengan panjang kira-kira empat kaki; lebar serta tinggi dua kaki; dan di dalamnya terdapat buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas, juga loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian (Ibr. 9:4). Kemudian penutupnya yang disebut tutup pendamaian terbuat dari emas murni dan dua kerub yang saling berhadapan melihat tutup pendamaian tersebut (Kel. 25:17-21).
Setahun sekali, pada hari raya pendamaian (Yom Kippur) akan ada seorang imam yang masuk ke dalam tempat kudus itu (tempat tabut perjanjian diletakkan) dan memercikan darah lembu jantan korban persembahan ke tutup pendamaian untuk menghapus dosa umat (Im. 16). Apa arti dari semua kerumitan ini? Jawabannya adalah Injil. Misteri keselamatan dan pendamaian antara manusia dan Allah digambarkan di dalam tabut perjanjian. Taurat Allah yang dilanggar oleh manusia, disucikan oleh darah penebusan, kerub yang memandang ke bawah dan tidak melihat taurat Allah tetapi darah yang menutupi segala dosa. Simbolis ini melambangkan Yesus Kristus yang menebus dosa dunia (Ibr. 9:11-14).
Begitu juga dengan artifak-artifak pada Perjanjian Lama seperti laut tuangan yang ditopang oleh 12 lembu sebagai simbol baptisan, meja roti sajian sebagai lambang komuni kudus, jubah imam Harun dengan 12 batu yang bertuliskan nama ke-12 suku yang artinya tercatat di Keluaran 28:29.
Seni memiliki kapasitas untuk mengkomunikasikan sebuah ide dengan kaya dan indah, bahkan pesan Injili. Akan tetapi simbol dalam seni juga dapat disalahgunakan, karena itu seorang Kristen harus dapat menguji apakah pesan-pesan yang terkandung di dalam sebuah objek seni itu sudah sesuai dengan Firman Tuhan?
Seni dan Budaya
Seni dalam 10 perintah Allah bukanlah sesuatu yang sakral. Walaupun arti dan kegunaannya sakral, tetapi seni tidak boleh dianggap terlalu sakral sehingga mampu membatasi ketidakterbatasan Allah. Salomo paham sekali akan hal ini (1 Raja. 8:27).
Sebuah kisah lainnya tentang seniman yang pernah dicatat dalam Alkitab adalah orang Sidon. Bahkan Salomo mengakui kemampuan mereka ketika ia ingin membangun bait suci (1 Raja. 5:6). Walaupun orang Sidon bukanlah umat pilihan Allah (1 Raja. 11:5), tapi kita dapat melihat bahwa concern pertama Salomo yang ingin membangun bait suci adalah masalah kemampuan.
Raja Tirus, orang Sidon kemudian mengirimkan Hiram / Huram Abi kepada Salomo. Hiram adalah seorang anak janda dari suku Dan (1 Raja. 7), dia pasti mengetahui tentang Allah Israel melalui ibunya. Namun, dididik dalam lingkungan Sidon yang menyembah berhala pastinya membuat Hiram lebih familiar dengan seni dan arsitektur bangunan Sidon yang sarat dengan berhala. Dicatat pula selain Hiram, Salomo melibatkan orang-orang asing dalam pekerjaan ini sebagai kuli dan mandor (2 Taw. 2:17-18). Namun menarik bahwa Tuhan senang dengan bait suci ini, tujuan bait suci ini dibangun untuk memuliakan Allah tercapai (2 Taw. 7:12-16).
Ini merupakan suatu poin yang penting bagi seorang seniman Kristen. Walaupun ada seniman yang bukan orang Kristen, bukan berarti bahwa karyanya tidak boleh dinikmati atau dipelajari oleh seorang Kristen. Picasso memang bukanlah orang Kristen, tapi bukan berarti dia seniman yang payah dan karyanya tidak perlu dikagumi. Cara berpikir seperti itu membuat kita menganggap seni adalah sesuatu yang sakral dan seni menjadi kehilangan esensinya. Lebih tepatnya, setiap karya seni harus diamati dan dikritisi sebaik mungkin lewat kacamata Firman Tuhan.
Seni adalah karunia dari Allah, sebuah aspek berharga dalam kehidupan manusia, dibuat oleh manusia berdosa yang butuh diselamatkan. Demi tujuan keindahan, seorang Kristen boleh pergi kepada “orang Sidon”.
Leave a Reply