An Unchanged Love

by

in

Sebagian dari kita sudah seringkali mendengar tentang kejadian-kejadian ajaib yang pernah dialami oleh tokoh-tokoh Alkitab. Bahkan mungkin kita sudah mendengarnya sejak masih sekolah Minggu. Betapa besar kebaikan dan kasih setia Tuhan, juga betapa jelas penyertaan-Nya bagi mereka yang taat kepada-Nya, semua telah diceritakan dalam Alkitab. Sayangnya kita seringkali tidak pernah memikirkan bahwa hal-hal yang sama juga bisa terjadi dalam kehidupan kita. Kita berpikir, “Kan zaman sekarang dan zaman dulu beda?”  Zaman memang berubah, tapi apakah itu artinya kasih setia dan penyertaan Tuhan dari ribuan tahun yang lalu juga berubah kepada orang-orang masa kini?

Setelah apa yang pernah saya alami di masa-masa kuliah. Saya belajar untuk menggumulkan panggilan hidup yang Tuhan berikan kepada saya. Setelah lulus dari perguruan tinggi favorit dengan nilai yang cukup baik. Saya pun mengirimkan lamaran-lamaran pekerjaan ke beberapa creative agency yang ingin saya masuki. Saya pikir inilah panggilan hidup yang Tuhan tetapkan bagi saya, sama seperti kebanyakan orang yang saya kenal, memaksimalkan talenta yang Tuhan berikan dalam pekerjaan saya, menjadi saksi dan berkat bagi co-workers dan client saya, serta melayani di Gereja baik itu lewat tenaga maupun uang yang akan saya persembahkan.

Nyatanya saya menjalani beberapa panggilan interview, tapi sudah satu setengah bulan saya masih menganggur semenjak saya mulai mengirimkan lamaran-lamaran pekerjaan tersebut. Belum lagi ditambah tekanan dari orangtua yang terus bertanya kapan saya bisa mulai bekerja, hal itu membuat saya cukup lelah dan tidak mau lagi memikirkan apapun selain bekerja. Tapi ternyata di tengah semua itu, Tuhan sedang menuntun saya ke jalan yang sebenarnya tidak pernah saya pikirkan atau doakan sebelumnya. Di tengah perjalanan interview, saya dihubungi oleh seorang kakak staf Perkantas yang saya kenal sering diundang menjadi pembicara di persekutuan kampus saya. Dia meminta saya untuk mendoakan panggilan menjadi seorang staf kantor Perkantas.

Perkantas (Persekutuan Kristen Antar Universitas), mungkin hanya sedikit orang yang pernah mendengar nama itu. Perkantas adalah lembaga misi Kristen yang membina persekutuan siswa dan mahasiswa Kristen di sekolah maupun kampus-kampus. Saya mengenal Perkantas melalui Pelayanan Mahasiswa Kristen Bina Nusantara karena kami sering meminta staf Perkantas untuk berkhotbah di persekutuan kampus kami.

Jelas saya tidak pernah memikirkan hal ini sebelumnya. Bekerja di Perkantas? Apalagi staf kantor? Reaksi ketika mendengar hal itu:

  1. Masa sih saya jadi staf Perkantas? Sepertinya saya tidak layak, 1 kantor bersama dengan para hamba Tuhan yang biasa berkhotbah di kampus saya. Selain itu saya tidak punya bayangan sama sekali seperti apa itu staf kantor di Perkantas.
  2. Tumbuh besar di tengah keluarga yang selalu menanamkan dengan kuat nilai “kesuksesan hidup” secara materi, maka orangtua pasti tidak setuju. Tidak mungkin saya bekerja disana.
  3. Karena yayasan non-profit, itu artinya gaji saya tidak mungkin sebesar di perusahaan. Lagipula dibanding creative agency, pasti jatuh sekali prestise-nya. Malu donk dengan teman-teman dan keluarga.

Awalnya saya tidak mau mendoakan sama sekali dan ingin langsung menolak saja. Tapi saya teringat dengan bagian Firman Tuhan yang pernah saya dalami di kampus, yaitu tentang Yunus yang melarikan diri dari panggilannya. Saya takut saya menjadi seperti Yunus yang tidak mau sama sekali mendoakan panggilan Tuhan dan bahkan melarikan diri hanya karena tidak suka. Akhirnya saya memutuskan untuk mendoakannya. Ternyata selama 2 minggu, Firman Tuhan sangat jelas berbicara kepada saya melalui saat teduh tiap hari maupun khotbah-khotbah di gereja dan persekutuan alumni, agar tidak khawatir sebab Tuhan akan menyertai hidup saya.

Setelah saya renungkan, ternyata beberapa bulan sebelum saya lulus, Tuhan sudah mempersiapkan saya melalui acara HUT ke 150 OMF. Disana kerinduan untuk terus melayani kaum muda khususnya pelayanan mahasiswa sudah ada, jikalau kita tidak menjangkau kaum muda di kampus atau sekolah, dimana lagi kita dapat menjangkau mereka? Kita hanya bisa menemukan mereka di kampus atau sekolah dan di mall atau tempat dimana mereka bisa mencari hiburan. Mereka tidak mau datang ke gereja. Karena itulah saya menyadari bahwa pelayanan siswa dan mahasiswa sangatlah penting. Tapi saya masih tidak terpikir untuk menjadi staf pada waktu itu. Saya hanya berpikir untuk mendampingi adik-adik pengurus di Binus sebagai penilik sambil bekerja di creative agency dan menjadi berkat disana.

Staf kantor Perkantas jugalah bagian dari pelayanan kepada kaum muda dari Perkantas. Dalam hati saya tahu hal ini, bahwa setiap bagian pelayanan Perkantas baik itu staf lapangan, staf kantor, maupun pengurus-pengurus komponen, saling bersinergi menuju visi yang sama yaitu kaum muda yang dimuridkan. Walaupun pada waktu itu saya belum terlalu paham dengan detil bahwa staf kantor lah yang mendukung pelayanan para staf lapangan sehingga pelayanan kepada siswa dan mahasiswa semakin efektif. Jadi secara tidak langsung pelayanan staf kantor Perkantas juga adalah pelayanan kaum muda.

Firman Tuhan yang membuat saya ‘agak’ diteguhkan waktu itu adalah mengenai kehidupan orang percaya yang diibaratkan mengayuh di sebuah perahu tanpa menyadari bahwa ada Kristus yang sedang mengayuh bersama. Namun, ketakutan saya kepada orangtua mengalahkan segala keyakinan saya. Saya berdoa meminta Tuhan benar-benar menunjukkan satu konfirmasi lagi untuk meyakinkan saya dan memberanikan saya menghadapi orangtua.

Akhirnya saya yakin Tuhan memanggil saya menjadi staf lewat Ibrani 13:5-8

Ibrani 13:5-8 (TB)  “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: “Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka. Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.”

Saya tidak bisa berkata apa-apa lagi. Seakan semua ketakutan saya dijawab oleh Tuhan. Namun satu hal yang saya yakini adalah Tuhan akan menyertai saya dalam menghadapi orangtua. Kasih-Nya tidak pernah berubah, sama seperti masa-masa ketika saya bergumul menjadi MC KKR Natal Binus sementara saya masih harus menyelesaikan skripsi. Tapi terbukti bahwa Tuhan memegang janji-Nya pada waktu itu, skripsi saya tidak terbengkalai dan saya bisa mendapat nilai yang baik ketika sidang skripsi. Juga pada saat saya hampir mengulang satu mata kuliah karena nilai UTS yang sangat anjlok (pada waktu itu saya melayani sebagai panitia pengarah KPR Paskah Binus di h-1 UTS tersebut), tapi nyatanya saya bisa mendapat nilai akhir yang baik bahkan melebihi ekspektasi saya. Maka Tuhan yang sudah menyertai saya selama kuliah, juga adalah Tuhan yang sama yang akan menyertai saya di masa sekarang.

Akhirnya saya berani untuk mengatakannya kepada orang tua, dan begitu kagetnya saya ketika mereka mengijinkan walaupun dengan berat hati. Sampai sekarang, mereka memang masih belum sepenuhnya mendukung saya. Saya pun masih tidak menyangka bahwa Dia berkenan memanggil saya menjadi staf di tengah keterbatasan dan kelemahan saya. Tapi seperti pengalaman-pengalaman para pahlawan iman dari ribuan tahun yang lalu sampai sekarang ketika mengalami kebaikan, kasih setia Tuhan, dan penyertaan-Nya, juga apa yang saya alami sendiri semasa kuliah. Maka saya percaya bahwa,

“Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.” – 1 Tesalonika 5:24


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *